Iklan

Proses Pelapukan Oleh Kulit Bumi

Proses Pelapukan Oleh Kulit Bumi
Pelapukan dalam bahasa lain Weathering (Inggris) atau veerweering (Belanda) ialah perusakan kulit bumi lantaran efek cuaca (suhu, curah hujan., kelembaban, dan angin). Weather atau weer artinya cuaca. Ada tiga macam pelapukan, yaitu:
Pelapukan fisis atau mekanis

Pelapukan ini terjadi akhir perbedaan suhu sangat besar antara siang dan malam. Pada waktu siang, terkena panas, batuan mengembang. Pada waktu malam, temperatur turun sangat rendah. Penurunan temperatur yang sangat cepat menjadikan batuan menyusut dengan cepat pula. Hal itu akan menjadikan batuan menjadi retak-retak dan akhimya pecah. Lama-kelamaan hancur berkeping-keping.

Gejala ibarat ini terdapat di tempat gurun. Di tempat gurun, temperatur siang hari sanggup mencapai 60° C. Sedang pada malam hari temperatur turun mencapai -2° C. Pergantian temperatur yang cepat dengan perbedaan yang sangat besar, menjadikan pecahnya batuan di tempat itu. Pelapukan lantaran suhu atau temperatur disebut juga insolasi.

Di tempat sedang atau tempat batas salju sanggup juga terjadi pelapukan fisis. Pori-pori batuan, sanggup kemasukan air pada trend panas. Pada trend cuek atau malam hari, air pada pori-pori batuan menjadi es. Karena menjadi es, volume bertambah besar. Akibatnya batuan akan pecah akhir terdesak oleh es yang ada di daiam pori-pori batuan tersebut. Proses ini terdapat di tempat Alpina.
Pelapukan khemis atau kimiawi

Pelapukan kimia ialah pelapukan yang terjadi akhir insiden kimia. Biasanya yang menjadi mediator ialah air, khususnya air hujan. Seperti kita ketahui, air hujan atau air tanah selain merupakan senyawa H₂O juga mengandung C0₂ dari udara. Karena itu mengandung tenaga melarutkan yang besar Lebih-Iebih kalau suhu air tinggi, akan mempercepat pelarutan. Gejala pelarutan akan lebih cepat kalau air itu mengenai batuan kapur atau karst. Bentuk-bentuk: ponor, doline, uvala, polje, sungai di bawah tanah, stalaktit, tiang-tiang kapur, stalagmit, gua-gua kapur ialah hasil pelapukan khemis di tempat karst. Bentuk-bentuk itu disebut gejala-gejala karst.

Ponor ialah lubang masuknya afiran air ke dalam tanah. Yaitu masuknya air sungai ke dalam tanah pada tempat kapur.

Doline ialah lubang di tempat karst (kapur) yang bentuknya ibarat corong.
Ada dua macam doline, yaitu: doline corrosi, doline yang terjadi, lantaran proses pelarutan batuan disebabkan oleh air. Di dasar doline biasanya terdapat tanah terra rossa, yang warnanya merah
 ialah perusakan kulit bumi lantaran efek cuaca  Proses Pelapukan Oleh Kulit Bumi
Bentukkan tempat Karst
Doline yang lain ialah doline terban. Terjadinya lantaran runtuhnya atap gua kapur

Gejala karst berikutnya ialah pipa-pipa karst atau aventype. Bentuknya ibarat pipa. Terjadinya lantaran larutnya batuan kapur oleh air. Karena terjadi oleh proses pelarutan, maka disebut pipa karst corrosi. Jika terjadi lantaran tanah terban, pipa karst itu disebut pipa karst terban atau yama-type.

Uvala ialah beberapa doline yang sudah makin lebar, kesudahannya bergabung menjadi satu sehingga bentuknya ibarat telaga. Karena itu uvalasering disebut dengan danau karst. Pada trend penghujan, doline dan juga uvala terisi oleh air.

Polje ialah perkembahgan uvala lebih lanjut. Dapat juga terjadi oleh beberapa doline yang cukup luas yang bergabung menjadi satu. Karena itu ada yang menyamakan istilah uvala dengan polje. Sungai di bawah tanah, ialah pedoman air yang terdapat di dalam tanah Sungai demikian banyak terjadi di tempat karst.

Selain sungai di dalam tanah, di tempat kapur terdapat gua-gua di dalam tanah. Pada gua di dalam tanah, sering kita jumpai stalaktit dan stalakmit. Stalaktit ialah endapan kapur yarig menggantung pada langit-langit gua. Stalagmit ialah endapan kapur yang terdapat pada lantai gua (di bawah). Jika stalaktit dan stalagmit sanggup bersambung, maka akan menjadi tiang kapur (pillar).

Di tempat plateau Wonosari (Pegunungan Seribu), tanda-tanda karst ibarat disebutkan di atas sanggup kita temui. Misalnya: doline, uvala, gua di dalam tanah, dan sungai di dalam tanah. Stalaktit, stalakmit sanggup kita lihat di Pantai Karangbolong (Kebumen).

Pelapukan organis

Pelapukan ini terjadi akhir proses organis. Misalnya pelapukan batuan lantaran terkena daun yang membusuk. Akar tumbuh-tumbuhan sanggup menembus batuan, lantaran akar mengeluarkan zat yang sanggup melarutkan batuan, hewan menciptakan sarang pada batuan padas. Lama-kelamaan batuan padas menjadi lapuk

Manusia mencari watu gamping untuk bangunan. Batu kali untuk pondasi rumah. Mereka memecah batuan tersebut. Contoh-contoh itu pelapukan batuan juga. Karena penyebabnya organisme, maka disebut pelapukan organis. Gambar: disini
Share This :