Lichenologi ialah cabang mikologi yang mempelajari perihal lichen, organisme simbiosis yang terbentuk dari asosiasi simbiosis intim antara alga mikroskopik (atau cyanobacterium) dan filamen fungi.
Pembelajaran perihal lichen menarik pengetahuan dari beberapa disiplin ilmu, yaitu: mikologi , phycology , mikrobiologi dan botani.
Taksonomi lichen pertama kali diselidiki secara intensif oleh hebat botani yang berasal dari Swedia, Erik Acharius (1757-1819), yang karenanya kadang disebut "bapak ilmu lichenologi".
Acharius ialah murid dari Carl Linnaeus. Beberapa karya yang lebih penting mengenai duduk masalah ini, yang menandai dimulainya ilmu lichenologi sebagai sebuah disiplin ilmu, adalah:
1. Lichenographiae Suecia prodromus (1798)
2. Metode lichenum (1803)
3. Lichenographia universalis (1810)
4. Sinopsis metodis lichenum (1814)
Ahli ilmu lichenologi kemudian meliputi ilmuwan Amerika Vernon Ahmadjian dan Edward Tuckerman dan hebat biologi evolusioner Rusia Konstantin Merezhkovsky, serta ilmuwan amatir ibarat Louisa Collings.
Sejarah
Pendahuluan
Lichen sebagai kelompok kurang menerima perhatian dalam risalah klasik perihal botani daripada kelompok lain walaupun hubungan antara insan dan beberapa spesies telah didokumentasikan semenjak dini.
Beberapa spesies telah muncul dalam karya Dioscorides , Pliny the Elder dan Theophrastus walaupun penelitiannya tidak terlalu dalam.
Selama masa pertama era modern mereka biasanya diajukan sebagai pola generasi impulsif dan prosedur reproduksi mereka sama sekali diabaikan.
Selama berabad-abad naturalis telah memasukkan lichen ke dalam kelompok yang bermacam-macam hingga pada awal masa ke-18 seorang peneliti Prancis Joseph Pitton de Tournefort di Institutiones Rei Herbariae mengelompokkan mereka ke dalam genus mereka sendiri.
Dia mengadopsi istilah Latin lichen, yang telah dipakai oleh Pliny yang telah mengimpornya dari Theophrastus namun hingga dikala ini istilah ini belum banyak digunakan.
Arti orisinil dari kata Yunani λειχήν (leichen) ialah lumut yang pada gilirannya berasal dari kata kerja Yunani λείχω (liekho) yang berarti menyerap, alasannya kemampuan organisme ini untuk menyerap air.
Sekitar empat puluh tahun kemudian Dillenius dalam karyanya Muscorum Historia, menciptakan divisi pertama kelompok yang diciptakan oleh Tournefort yang memisahkan keluarga-keluarga Usnea, Coralloides dan Lichen sebagai balasan terhadap karakteristik morfologi lichen thallus.
Setelah revolusi taksonomi yang dibawa oleh Linnaeus dan sistem barunya dari pembagian terstruktur mengenai lichen dipertahankan dalam Kerajaan Plantae membentuk satu kelompok Lichen dengan delapan divisi di dalam kelompok sesuai dengan morfologi thallus.
Selama bertahun-tahun penelitian ini menyoroti cahaya gres ke dalam sifat organisme ini yang masih tergolong sebagai tumbuhan.
Isu kontroversial seputar lichen semenjak awal masa 19 ialah cara bereproduksi mereka. Pada tahun-tahun ini gabungan peneliti yang setia pada aliran Linnaeus menganggap bahwa lichen berproduksi secara seksual dan mempunyai organ reproduksi seksual, ibarat pada flora lain, terlepas dari apakah reproduksi aseksual juga terjadi. Peneliti lain hanya menganggap reproduksi aseksual dengan cara Propagules.
Abad ke 19
Dengan latar belakang ini muncul hebat botani Swedia, Erik Acharius murid dari Linnaeus, yang dikala ini dianggap sebagai bapak ilmu lichenologi, yang memulai taksonomi lichen dengan studi perintis perihal lichen di Lichenographiae Suecicae Prodromus tahun 1798 atau dalam Sinopsis Methodica Lichenum, Sistens omnes hujus Ordinis Naturalis tahun 1814.
Penelitian dan pembagian terstruktur mengenai ini merupakan landasan penyelidikan berikutnya. Pada tahun-tahun awal penataan disiplin gres ini, banyak sekali karya penting ilmiah yang menonjol muncul ibarat Lichenographia Europaea Reformata yang diterbitkan pada tahun 1831 oleh Elias Fries atau Enumeratio Critico Lichenum Europaeorum tahun 1850 oleh Ludwig Schaerer di Jerman.
Tapi karya-karya ini kurang lengkap dan hanya menampilkan daftar spesies saja tanpa studi fisiologis lebih lanjut. Diperlukan hingga pertengahan masa ke-19 untuk penelitian dalam mengejar ketinggalan memakai metode biokimia dan fisiologis.
Di Jerman Ernst Itzigsohn dan Johann Bayrhoffer, di Prancis Edmond Tulasne dan Camille Montagne , di Rusia Fedor Buhse, di Inggris William Allport Leighton dan di Amerika Serikat Edward Tuckerman mulai menerbitkan karya-karya yang sangat penting secara ilmiah.
Publikasi ilmiah memecahkan banyak fakta yang tidak diketahui perihal lichen. Dalam publikasi Prancis Annales des Sciences Naturelles dalam artikel yang diterbitkan pada tahun 1852 "Memorie pour servir a l'Histoire des Lichens Organographique et Physiologique" oleh Edmond Tulasne, organ reproduksi atau apotek dari lichen dijelaskan dalam karya ini.
Penemuan gres ini menjadi semakin kontradiktif bagi para ilmuwan. Organ reproduksi apothecium itu unik untuk fungi tapi tidak ada dalam organisme fotosintesis lainnya.
Dengan perbaikan mikroskopik , alga diidentifikasi dalam struktur lichen, yang meningkatkan kontradiksi.
Awalnya keberadaan alga diambil alasannya kontaminasi alasannya pengumpulan sampel dalam kondisi lembab dan tidak dianggap sebagai hubungan simbiosis dengan penggalan thallus fungi.
Bahwa alga terus bertambah banyak memperlihatkan bahwa mereka bukan hanya kontaminan.
Adalah Anton de Bary spesialis mikologi Jerman yang mengkhususkan diri pada fitofatologi yang pertama kali menyarankan pada tahun 1865 bahwa lichen hanyalah hasil parasitisme banyak sekali fungi kelompok ascomycetes oleh alga tipe nostoc dan lainnya.
Penelitian berturut-turut ibarat yang dilakukan oleh Andrei Famintsyn dan Baranetzky pada tahun 1867 memperlihatkan tidak ada ketergantungan komponen alga pada lichen thallus dan bahwa komponen alga sanggup hidup berdikari dari thallus.
Pada tahun 1869 Simon Schwendener memperlihatkan bahwa semua lichen ialah hasil serangan fungi pada sel sel alga dan bahwa semua alga ini juga ada bebas di alam.
Peneliti ini ialah yang pertama mengenali sifat ganda lichen sebagai hasil tangkapan komponen alga oleh komponen fungi.
Pada tahun 1873 Jean-Baptiste Edouard Bornet menyimpulkan bentuk mempelajari banyak spesies lichen yang berbeda bahwa hubungan antara fungi dan alga murni bersimbiosis.
Juga ditemukan bahwa alga sanggup berasosiasi dengan banyak jamur yang berbeda untuk membentuk fenotip lichen yang berbeda.
Abad ke 20
Pada tahun 1909 hebat lichenologi Rusia Konstantin Mereschkowski mempresentasikan sebuah makalah penelitian "Teori Dua Plasme sebagai dasar Symbiogenesis , sebuah studi gres perihal Asal Usul Organisme", yang bertujuan untuk menjelaskan teori gres perihal Symbiogenesis oleh lumut dan organisme lainnya yang dibuktikan oleh karya sebelumnya "Alam dan Asal Kromatofor di Kerajaan Tanaman". Ide gres ini bisa dipelajari hari ini dengan judul Teori Endosimbiosis.
Meskipun penelitian di atas sifat ganda lichen tetap tidak lebih dari sebuah teori hingga pada tahun 1939, peneliti Swiss Eugen A Thomas sanggup bereproduksi di laboratorium, fenotipe lichen Cladonia pyxidata dengan menggabungkan dua komponen yang teridentifikasi.
Selama botani masa ke-20 dan mikologi masih mencoba memecahkan dua duduk masalah utama seputar lichen.
Di satu sisi definisi lichen dan hubungan antara dua simbion dan posisi taksonomi organisme ini di dalam flora dan kerajaan fungi.
Ada banyak peneliti populer di bidang ilmu lichenologi Henry Nicollon des Abbayes , William Alfred Weber , Antonina Georgievna Borissova , Irwin M. Brodo , George Albert Llano.
Lichenologi telah menemukan aplikasi di luar biologi itu sendiri di bidang geologi dalam teknik yang dikenal sebagai lichenometry dimana usia permukaan yang terbuka sanggup ditemukan dengan mempelajari usia lichen yang tumbuh di atasnya.
Usia berkencan dengan cara ini bisa jadi mutlak atau relatif alasannya pertumbuhan organisme ini bisa ditangkap dengan banyak sekali kondisi.
Teknik ini menawarkan rata-rata usia lichens individu yang lebih renta yang menyediakan usia minimum medium yang sedang dipelajari.
Kesulitan dalam menawarkan definisi yang berlaku untuk setiap lichen yang diketahui telah diperdebatkan alasannya hebat lichenologi pertama kali mengenali sifat ganda lichen.
Pada tahun 1982, Asosiasi Internasional untuk Lichenology mengadakan sebuah pertemuan untuk mengadopsi definisi tunggal perihal lichen mengenai proposal sebuah komite. Ketua komite ini ialah peneliti populer Vernon Ahmadjian.
Definisi yang jadinya diadopsi ialah bahwa lichen sanggup dianggap sebagai hubungan antara fungi dan simbion fotosintesis yang menghasilkan tonjolan struktur tertentu.
Definisi sederhana ibarat apriori segera membawa kritik dari banyak sekali hebat lichenologists dan segera muncul ulasan dan saran untuk amandemen.
Sebagai contoh, David L. Hawksworth menganggap definisi ini tidak tepat alasannya mustahil untuk memilih thallus mana yang mempunyai struktur tertentu alasannya thalli berubah tergantung pada substrat dan kondisi di mana mereka berkembang.
Peneliti ini merupakan salah satu tren utama di antara para hebat lichenologi yang menganggap mustahil memberi definisi tunggal pada lichen alasannya mereka ialah jenis organisme yang unik.
Studi hari ini di bidang ilmu lichenologi tidak terbatas pada deskripsi dan taksonomi lichen namun juga mempunyai aplikasi di banyak sekali bidang sains.
Yang terpenting ialah kajian kualitas lingkungan yang dilakukan melalui interaksi lumut dengan lingkungannya.
Lichen sangat sensitif terhadap banyak sekali polutan udara, terutama welirang dioksida , yang menjadikan hujan asam dan mencegah peresapan air.
Lichen dalam farmakologi
Meskipun beberapa spesies lumut telah dipakai dalam pengobatan tradisional , tidak hingga awal masa 20 sains modern tertarik pada mereka.
Penemuan banyak sekali zat dengan tindakan antibakteri pada lichen thalli sangat penting bagi para ilmuwan untuk menyadari kemungkinan pentingnya organisme ini terhadap obat - obatan.
Dari tahun 1940-an muncul banyak sekali karya hebat mikrobiologi Rufus Paul Burkholder yang memperlihatkan agresi antibakteri lumut. dari genus Usnea melawan Bacillus subtilis dan Sarcina lutea.
Studi memperlihatkan bahwa zat yang menghambat pertumbuhan kuman ialah asam usnic.
Sesuatu yang serupa terjadi dengan zat Ramelina yang disintesis oleh lumut Ramalina reticulata, bagaimanapun, zat ini terbukti tidak efektif melawan kuman Gram negatif ibarat Escherichia coli dan Pseudomonas.
Dengan penyidikan ini jumlah zat antibakteri dan sasaran obat yang mungkin diketahui diproduksi oleh lumut meningkatkan ergosterol , asam usnis , dll.
Minat potensi zat yang disintesis oleh lumut meningkat seiring berakhirnya Perang Dunia II seiring dengan meningkatnya minat semua zat antibiotik.
Pada tahun 1947, tindakan antibakteri diidentifikasi dalam ekstrak Cetraria islandica dan senyawa yang diidentifikasi bertanggung jawab atas penghambatan kuman ditunjukkan sebagai asam d-protolichosteric dan asam d-1-usnis.
Investigasi lebih lanjut telah mengidentifikasi zat antibakteri baru, Alectosarmentin atau Atranorin.
Tindakan antibakteri zat yang diproduksi oleh lumut berkaitan dengan kemampuan mereka untuk mengganggu protein kuman dengan hilangnya kapasitas metabolisme kuman berikutnya. Hal ini dimungkinkan alasannya adanya agresi fenolat lichen ibarat turunan asam urat.
Dari tahun 1950-an produk lichen usnic acid menjadi objek penelitian antitumour yang paling banyak.
Studi ini mengungkapkan beberapa acara antitumour in vitro oleh zat yang diidentifikasi dalam dua lichen umum Peltigera leucophlebia dan Collema flaccidum.
Karya terbaru di bidang biokimia terapan telah memperlihatkan beberapa acara antiviral dengan beberapa zat lichen.
Pada tahun 1989 K Hirabayashi mempresentasikan penyelidikannya perihal polisakarida lichen penghambat pada abuh HIV.
Ahli lichenologists terkenal
Dalip Kumar Upreti
Henry Nicollon des Abbayes
Erik Acharius
Vernon Ahmadjian
André Aptroot
Johannes Müller Argoviensis
Ferdinand Christian Gustav Arnold
Osip V Baranetsky
Heinrich Anton de Bary
Friedrich August Georg Bitter
Alphonse Boistel
Antonina Borissova
Jean-Baptiste Édouard Bornet
Irwin M. Brodo
François Fulgis Chevallier
Louisa Collings
Chicita F. Culberson
William Louis Culberson
Johann Jacob Dillenius
Alexander Elenkin
Andrei Famintsyn
Elias Magnus Fries
David Galloway
Nina Golubkova
David Leslie Hawksworth
Georg Franz Hoffmann
Kerry Knudsen
Agustus von Krempelhuber
Syo Kurokawa
William Allport Leighton
Konstantin Mereschkowski
Camille Montagne
William Nylander
Alfred Oxner
Dharani Dhar Awasthi
Charles Christian Plitt
Simon Schwendener
Joseph Pitton de Tournefort
Edward Tuckerman
Louis René Tulasne
William Alfred Weber
Francis Wilson
Alexander Zahlbruckner
Share This :
comment 0 comments
more_vert