Kalian tentu sering mendengar kata pembangunan berkelanjutan baik itu di sekolah, televisi atau media lainnya. Negara-negara maju dikala ini sudah mempraktikkan konsep pembangunan berkelanjutan dalam kehidupan sehari-harinya. Zero waste menjadi perhatian pemerintah dan meminilmasir polusi dan limbah hingga titik nol sudah menjadi kenyataan. Pembangunan Konsep pembangunan berkelanjutan (suistanable development) dimulai semenjak Konferensi PBB mengenai Lingkungan Hidup dan Manusia di Stockholm pada 5-16 Juni 1972. Keprihatinan negara-negara berkembang dan negara-negara maju mengenai degradasi lingkungan yang mulai merebak mendorong pemimpin negara-negara tersebut untuk berunding merumuskan solusi pemecahannya. Sejak dikala itulah tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup sedunia. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan hasil dari kerja dan gagasan Komisi Dunia untuk lingkungan dan pembangunan (WCED = World Commission on Environment and Development). Pembangunan berkelanjutan sanggup diartikan sebagai perjuangan perbaikan mutu kehidupan insan dengan tetap berusaha tidak melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya.
Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang diciptakan seiring makin parahnya kerusakan lingkungan hidup di bumi sehabis abad revolusi industri terjadi. Dalam praktiknya pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan mempunyai 5 prinsip yaitu:
a. Pembangunan harus bisa memenuhi kebutuhan masa kini dengan tidak mengorbankan hak pemenuhan untuk generasi yang akan datang.
b. Pembangunan harus tetap memerhatikan ekosistem sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan demikian keberadaan ekosistem akan tetap terjaga dan kualitas lingkungan tidak mengalami penurunan.
c. Setiap pembangunan harus selalu mewujudkan kepentingan kelompok atau masyarakat lain dimanapun dan mengindahkan keberadaan kehidupan yang lain kini atau nanti.
d. Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan mutu hidup insan dalam segala aspek, termasuk agama, fisik, jiwa, dan budaya dengan tidak memboroskan sumberdaya alam yang tidak terbarukan.
e. Pembangunan berkelanjutan akan terwujud apabila masyarakat mempunyai komitmen bersama untuk mewujudkannya dalam bentuk perilaku-perilaku positif.
Selang lima tahun sehabis KTT Rio de Janeiro, Konferensi Kyoto diselenggarakan dengan mengusung tema utama meningkatnya emisi karbon. Konferensi ini menghasilkan janji mengenai pembatasan kadar maksimal gas dampak rumah kaca. Hasil KKT Kyoto dinamakan Protokol Kyoto yang salah satu isinya memasukan 6 jenis gas pemicu pemnasan global yaitu CO2, N2O, CH4, CFC, PFC dan SF6. Indonesia pernah menjadi salah satu tuan rumah Konferensi Perubahan Iklim pada 3-14 Desember tahun 2007 di Bali. Konferensi ini digelar sebagai upaya lanjutan untuk menemukan solusi pengurangan dampak rumah beling yang menimbulkan pemanasan global serta upaya santunan terhadap negara miskin dalam mengatasi pemanasan global.
Konsep pembangunan berkelanjutan yang sudah puluhan tahun dicetuskan ternyata hingga dikala ini masih jauh dari harapan. Fokus utama pada karenanya hanya pada “pembangunan” sedangkan “keberlanjutan” menjadi kabur dan terkesan tidak berarti. Prinisp berkelanjutan harus tertanam pada setiap kebijakan yang diambil semoga tidak bersifat sesaat namun jangka panjang dengan menitikberatkan pada aspek konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam secara cerdik dan bijaksana. Proses produksi dan konsumsi yang berbasis sumber daya alam daa lingkungan harus berlandaskan asas efisien yaitu irit energi dan irit materi baku. Contoh negara yang sudah mempratekkan sikap tersebut ialah Jepang yang dengan teknologinya bisa mendaur ulang setiap produk. Sampah dipisahkan menurut jenisnya, kemudian diproses kembali hingga menjadi produk daur ulang dan setiap produk masakan dan minuman diberi label (ecolabel). Saat ini keberhasilan pembangunan masih lebih banyak didominasi diukur secara ekonomi bukan ekologi. Kepentingan insan masih lebih diutamakan dibandingkan kelestarian sumber daya alamnya.
Paradigma pembangunan berkelanjutan pada hakikatnya berlandaskan ideologi materialisme diterima begitu saja oleh negara-negara berkembang dikala ini padahal dahulu kesalahan tersebut dilakukan oleh negara-negara maju sebelumnya. Negara maju dikala ini melaksanakan banyak sekali pengembangan teknologi ramah lingkungan sedangkan negara berkembang melaksanakan pembangunan secara massal tanpa memerhatikan lingkungan. Hal tersebut tidak lain dilakukan untuk mengejar ketertinggalan negara berkembang terhadap negara maju yang pada karenanya menciptakan kehancuran pada lingkungan dan masyarakat.
Share This :
comment 0 comments
more_vert