Mempelajari atmosfer memang sangat rumit dan berbagai faktor yang memengaruhi kestabilan lapisan udara bumi. Berikut ini beberapa fenomena yang sering muncul di atmosfer.
Siklon Tropis
Siklon Tropis (TS) merupakan salah gangguan cuaca tempat tropis yang cukup penting, baik dilihat dari peranannya pada sistem cuaca secara umum, maupun dari efek yang sanggup ditimbulkannya terhadap kehidupan di bumi.
Siklon tropis umumnya tumbuh dan berkembang di perairan tropis yang hangat, dengan beberapa syarat/ kondisi yang memungkinkan pertumbuhannya, paling tidak harus ada empat persyaratan yang harus dipenuhi , yaitu :
a.Daerah lautan yang hangat dengan suhu minimal 26,5° C hingga kedalaman sekitar 50 m.
b.Kelembapan udara diatas perairan tersebut harus cukup lembab sampai ketebalan sekitar 5 km.
c.Kondisi atmosfer yang labil, dimana laju penurunan suhu udara terhadap ketinggian harus cukup besar
d.Jarak terdekat dengan Khatulistiwa ialah sekitar 500 km, dimana gaya koriolis diharapkan untuk sanggup menjadikan sirkulasi yang mendekati keseimbangan angin gradient (lihat gaya yang menghipnotis pergerakan angin).
e.Perbedaan kecepatan angin vertical yang rendah, yaitu sekitar 10 m/detik, alasannya ialah pada kecepatan vertical yang besar justru akan menghambat perkembangan Siklon Tropis.
Sikon Tropis |
Berdasarkan uraian di atas, sanggup disimpulkan bahwa Siklon Tropis tidak sanggup tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia. Namun demikian, keberadaan siklon tropis sebagai salah satu motor penggerak sirkulasi atmosfer wilayah tropis, secara tidak pribadi akan berdampak pula terhadap dinamika cuaca di wilayah Indonesia. Sebagai contoh, munculnya Siklon Tropis di Samudera Pasifik sanggup menimbulkan peningkatan kecepatan angin di wilayah Indonesia, dimana pada daerah-daerah tertentu cuacanya akan lebih panas dan kering, namun pada daerah-daerah tertentu dimana terjadi pertemuan arus angin akan menerima banyak hujan.
Madden Julian Oscillation (MJO), merupakan fenomena gangguan cuaca yang cukup penting untuk tempat tropis, pertama kali ditemukan oleh Madden dan Julian pada tahun 1971/1972, dengan memberi nama “gelombang 40 – 50 harian”, dan di kemudian hari sampai ketika ini MJO lebih popular dengan sebutan “gelombang 30 – 60 harian”.
MJO merupakan gangguan cuaca musiman tempat tropis, dengan cirri-ciri arah gerakannya yang selalu diawali dari perairan tropis Samudera Hindia, pada tempat sekitar 10° LU - 10° LS, berupa “pusat panas” yang bergerak ke arah Samudera Pasifik di serpihan timur. MJO secara spesifik sanggup diamati dari pola gerakan tempat aktifitas konvektif maximum, yang merupakan tempat pertumbuhan awan-awan Cb (Gambar.1.9)
Daerah gangguan MJO sanggup mencapai sekitar 3.000 km, mulai dari Sumatera sampai Irian Jaya. Pada kondisi atmosfer yang lembab dan labil, dapat memicu peningkatan aktifitas MJO, yang diikuti dengan peningkatan curah hujan dalam dua ahad atau lebih. MJO juga diduga sebagai salah satu faktor penggagas aktifitas monsun.
MJO |
Dipole Mode
Dipole Mode, ialah tanda-tanda alam yang indikatornya merupakan nilai perbedaan (selisih) suhu muka bahari Samudera Hindia di perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Secara umum dipole mode akan menghipnotis suplai uap air atau awan-awan hujan khususnya di wilayah Indonesia serpihan barat.
Jika nilai perbedaan aktual (Dipole Mode Positif) atau kondisi suhu muka bahari Samudera Hindia di sebelah barat Sumatera lebih cuek dari normalnya dan suhu muka bahari di perairan pantai timur Afrika lebih panas dari normalnya, secara umum curah hujan di wilayah Indonesia serpihan barat akan berkurang.
Sebaliknya, kalau nilai perbedaannya negatif (Dipole Mode Negatif), maka curah hujan di wilayah Indonesia serpihan barat secara umum akan cukup banyak.
Share This :
comment 0 comments
more_vert