Iklan

Pengertian Zaman Watu Beserta Sejarahnya Lengkap

Pengertian Zaman Watu Beserta Sejarahnya Lengkap
Zaman Batu yaitu periode prasejarah yang luas di mana kerikil secara luas dipakai untuk membuat alat. Periode ini berlangsung sekitar 3,4 juta tahun dan berakhir antara 8700 SM dan 2000 SM dengan munculnya pengerjaan logam.

Zaman Batu
Artefak Zaman Batu termasuk alat yang dipakai oleh insan modern dan oleh spesies pendahulunya dalam genus Homo, dan mungkin oleh genera sebelumnya sejaman Australopithecus dan Paranthropus.

Alat tulang dipakai selama periode ini juga tetapi jarang dilestarikan dalam catatan arkeologi. Zaman Batu selanjutnya dibagi lagi oleh jenis alat kerikil yang digunakan, menjadi masa Paleolitikum, Mesolitikum, Megalitikum dan Neolitikum, yang masing-masing dipilah-pilah lagi lebih jauh.

Zaman Batu yaitu periode pertama dalam sistem tiga zaman, yang membagi prasejarah teknologi insan menjadi tiga periode:

Zaman Batu
Zaman Perunggu
Zaman Besi


Zaman Batu dalam arkeologi

Awal Zaman Batu
Bukti tidak eksklusif tertua yang ditemukan dari penggunaan alat kerikil yaitu fosil tulang hewan dengan tanda alat; sekitar 3,4 juta tahun yang kemudian dan ditemukan di Lembah Awash Bawah di Ethiopia.

Penemuan arkeologi di Kenya pada tahun 2015, mengidentifikasi kemungkinan bukti tertua yang diketahui dari penggunaan alat-alat hominin hingga ketika ini, telah mengindikasikan bahwa Kenyanthropus platyops (fosil Plinosen berumur 3 hingga 3,5 juta tahun yang ditemukan di Danau Turkana, Kenya pada 1999) mungkin merupakan pengguna alat paling awal yang dikenal.

Alat-alat kerikil tertua digali dari situs Lomekwi 3 di Turkana Barat, Kenya barat laut, yang tertanggal 3,3 juta tahun. Sebelum penemuan alat-alat "Lomekwian" ini, alat-alat kerikil tertua yang diketahui telah ditemukan di beberapa situs di Gona, Ethiopia.

Salah satu hal yang paling mencolok wacana situs ini yaitu bahwa mereka berasal dari Pliosen Akhir, di mana sebelumnya alat penemuan mereka dianggap telah berevolusi hanya di Pliosen.  Ekskavator di wilayah memperlihatkan bahwa:

"... pembuat alat kerikil paling awal yaitu jago flintknappers .... Alasan yang mungkin di balik transisi mendadak ini dari tidak adanya alat-alat kerikil ke kehadirannya termasuk ... kesenjangan dalam catatan geologis."

Spesies yang membuat alat-alat Pliosen masih belum diketahui. Fragmen Australopithecus garhi, Australopithecus aethiopicus dan Homo, mungkin Homo habilis, telah ditemukan di situs Gona.

Akhir Zaman Batu
Inovasi teknik peleburan bijih mengakhiri Zaman Batu dan memulai Zaman Perunggu. Logam paling signifikan pertama yang diproduksi yaitu perunggu, paduan tembaga dan timah, yang masing-masing dilebur secara terpisah.

Transisi dari Zaman Batu ke Zaman Perunggu yaitu periode di mana orang modern sanggup mendapat tembaga, tetapi belum sanggup memproduksi perunggu, masa yang dikenal sebagai Zaman Tembaga, atau lebih teknis zaman "tembaga-batu" Khalkolitikum. Zaman Perunggu diikuti oleh Zaman Besi.

Transisi dari Zaman Batu terjadi antara 6000 SM dan 2500 SM untuk sebagian besar kehidupan insan di Afrika Utara dan Eurasia. Bukti pertama metalurgi  insan berasal dari antara era ke 5 dan 6 SM di situs arkeologi Majdanpek, Yarmovac, dan Pločnik di Serbia modern ( kapak tembaga dari 5500 SM milik budaya Vinca ), meskipun tidak dianggap sebagai bab dari tradisi.

Konsep Zaman Batu
Istilah "Zaman Batu", "Zaman Perunggu", dan "Zaman Besi" tidak pernah dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa kemajuan dan periode waktu dalam prasejarah hanya diukur oleh jenis materi alat, daripada, misalnya, organisasi sosial, sumber masakan dieksploitasi, penyesuaian terhadap iklim, adopsi pertanian, memasak, pemukiman dan agama.

Seperti tembikar, tipologi perkakas kerikil yang dikombinasikan dengan urutan relatif dari jenis-jenis di banyak sekali wilayah memperlihatkan kerangka kronologis untuk evolusi insan dan masyarakat. Mereka berfungsi sebagai diagnostik tanggal, bukan ciri orang atau masyarakat.

Analisis litium yaitu bentuk utama dan khusus dari penyelidikan arkeologi. Ini melibatkan pengukuran alat-alat kerikil untuk memilih tipologi mereka, fungsi dan teknologi yang terlibat. Ini termasuk studi ilmiah wacana reduksi litium dari materi baku, menyidik bagaimana artefak dibuat.

Banyak dari studi ini berlangsung di laboratorium di hadapan banyak sekali spesialis. Dalam arkeologi eksperimental, para peneliti berusaha membuat alat-alat replika, untuk memahami cara pembuatannya.

Berbagai alat batu
Selain analisis litium, prasejarah lapangan memakai banyak sekali teknik yang berasal dari banyak sekali bidang. Studi Zaman Batu tidak pernah terutama wacana alat-alat kerikil dan arkeologi saja, fokus utamanya selalu pada masyarakat dan orang-orang fisik yang menjadi miliknya.

Dengan kegunaan menyerupai itu, konsep Zaman Batu mempunyai keterbatasan. Kisaran tanggal periode ini tidak jelas, diperdebatkan, dan variabel sesuai dengan wilayah yang dimaksud.

Meskipun dimungkinkan untuk berbicara wacana periode umum 'zaman batu' untuk seluruh umat manusia, beberapa kelompok tidak pernah menyebarkan teknologi peleburan logam, jadi tetap dalam 'zaman batu' hingga mereka menemukan budaya yang dikembangkan secara teknologi. Istilah ini diinovasi untuk menggambarkan budaya arkeologi  Eropa.

Para arkeolog di final era 19 dan awal era ke-20, yang mengadaptasi sistem tiga zaman ke ide-ide mereka, berharap untuk menggabungkan budaya antropologi dan arkeologi sedemikian rupa sehingga suku kontemporer tertentu sanggup dipakai untuk menggambarkan cara hidup dan keyakinan mereka.

Masalah transisi
Masalah transisi dalam arkeologi yaitu cabang dari dilema kontinuitas filosofis umum, yang meneliti bagaimana objek-objek diskret dalam bentuk apa pun yang bersebelahan dengan cara apa pun sanggup dianggap mempunyai relasi apa pun.

Dalam arkeologi, relasi yaitu salah satu kausalitas. Jika Periode B sanggup dianggap turun dari Periode A, harus ada batas antara A dan B, batas A – B. 

Masalahnya yaitu sifat batas ini. Jika tidak ada batas yang jelas, maka populasi A tiba-tiba berhenti memakai karakteristik pabean A dan tiba-tiba mulai memakai karakteristik B, sebuah skenario yang mustahil dalam proses evolusi. Lebih realistis, periode perbatasan yang berbeda, transisi A / B, ada, di mana kebiasaan A secara sedikit demi sedikit menurun dan kebiasaan B diperoleh. Jika transisi tidak ada, maka tidak ada bukti kontinuitas antara A dan B.

Zaman Batu Eropa secara tipikal mengalami defisit transisi yang diketahui. Inovator era ke-19 dan awal era ke-20 dari sistem tiga zaman modern mengakui dilema transisi awal, "celah" antara Paleolitik dan Neolitik.

Louis Leakey memperlihatkan suatu balasan dengan menerangkan bahwa insan berevolusi di Afrika. Zaman Batu harus dimulai di sana untuk dibawa berulang-ulang ke Eropa oleh penduduk migran. Fase-fase Zaman Batu yang berbeda sanggup muncul di sana tanpa transisi. Beban pada arkeolog Afrika menjadi semakin besar, alasannya kini mereka harus menemukan transisi yang hilang di Afrika. Masalahnya sulit dan berkelanjutan.
Share This :