Iklan

Industri Pendorong Penggagas Kutub Pertumbuhan

Industri Pendorong Penggagas Kutub Pertumbuhan
Potensi dan kemampuan wilayah di permukaan bumi ini berbeda-beda sehingga
perlakuan yang dilakukan untuk acara pembangunan akan berbeda-beda. Salah teori yang muncul atas dasar perbedaan keadaan geografis tersebut yakni Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole). Growth Pole dikemukakan oleh Francoise Perroux yang berasumsi bahwa pembangunan dan pertumbuhan tidak terjadi di semua wilayah, akan tetapi terbatas hanya pada beberapa tempat tertentu dengan variabel yang berbeda-beda intensitasnya. Perroux berpedoman pada teori Tata Ruang Ekonomi (Economic Space Theory), dimana industri pendorong dianggap sebagai titik awal dari sebuah pertumbuhan wilayah. Perusahaan-perusahaan yang menguasai pasar ekonomi pada umumnya yakni industri besar yang mempunyai kedudukan oligopolitis dan mempunyai efek yang sangat besar lengan berkuasa terhadap acara para langganannya.

Terdapat tiga ciri dasar dari sebuah industri pendorong yaitu:
  1. industri pendorog harus relatif lebih besar besar kapasitas produksinya biar mempunyai efek besar lengan berkuasa baik pribadi maupun tidak pribadi terhadap pertumbuhan ekonomi.
  2. industri pendorong harus merupakan tipe sektor strategis yang berkembang sangat cepat.
  3. jumlah dan intensitas hubungannya dengan sektor lain harus penting sehingga besarnya efek yang ditimbulkan sanggup diterapkan pada unit ekonomi lain.
Dilihat dari sisi tata ruang geografis, industri-industri pendorong cenderung melahirkan aglomerasi pada kutub pertumbuhan dimana mereka berada. Itulah sebabnya industri pendorong merupakan faktor penting dari pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. 
Menurut Miyoshi, sejarah konsep wacana kutub pertumbuhan dibagi ke dalam 4 tahap yaitu:
1. Tahap kelahiran growth pole
2. Tahap penerapan konsep growth pole secara geografis
3. Tahap growth pole sebagai pemicu ketidakseimbangan wilayah
4. Tahap perbaikan growth pole
Konsep growth pole yang dikemukakan oleh Perroux (1955) dengan dasar utama yakni adanya konsentrasi pertumbuhan ekonomi pada ruang tertentu. Growth pole berkembang pesat di tahun 60an pada negara maju dna berkembang.
Pada tahap kedua, banyak ahli-ahli ekonomi membahas wacana konsep ini dan mengaitkannya dengan konsep perencanaan wilayah menyerupai Boudeville dan Hirschman. 
Pada tahap ketiga beberapa andal ekonomi wilayah menunjukan bahwa konsep growth pole memicu ketidakseimbangan wilayah khususnya pada kawasan belakang.
Pada tahap keempat, aneka macam andal ekonomi melaksanakan perbaikan terhadap konsep growth pole. Richardson menyatakan bahwa kekecewaan terhadap kebijakan growth pole pada banyak negara bukan merupakan bukti adanya kesalahan konsep polarisasi namun hanya lantaran waktu penerapanya saja yang  terlalu singkat. 
Di Indonesia sendiri konsep growth pole dipakai sebagai landasan kebijakan pembangunan kawasan biar muncul unit-unit wilayah pertumbuhan gres yang nantinya dibutuhkan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Kutub pertumbuhan kota

Sumber dan Gambar:
diolah dari aneka macam referensi
Share This :