Iklan

Epistemologi Ilmu Geografi

Epistemologi Ilmu Geografi
Di postingan sebelumnya, saya sudah berikan citra mengenai dasar ontologi dari geografi. Kali ini saya jelaskan sedikit perihal epistemologi ilmu geografi. Epistemologi yaitu cabang filsafat yang mengulas perihal asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran suatu pengetahuan. Dalam kaitannya dengan ilmu, maka epistemologi akan memertanyakan bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?Bagaimana prosedurnya?Hal apa yang harus diperhatikan biar kita mendapat pengetahuan yang benar?Apa yang disebut kebenaran itu sendiri?Apakah kriterianya?Cara atau teknik apa yang membantu kita dalam mendapat pengetahuan yang berupa ilmu tersebut?.
Sama halnya menyerupai ilmu lain, geografi sanggup memakai metode deduktif, induktif atau campuran dua metode tersebut tergantung duduk kasus yang ingin dijawab. Contoh sederhana yaitu sebagai berikut: apabila ingin mengetahui kekerabatan antara bentuk bentang alam dan contoh sebaran pemukiman penduduk maka yang pertama harus dilakukan yaitu menjawab pertanyaan dasar berikut:

1. Apakah terdapat kaitan logis antara bentuk bentang alam dan contoh pemukiman?
2. Jika benar, apakah kaitannya bersifat satu arah atau dua arah?
3. Selanjutnya, apakah hal tersebut pernah diteliti dan teori apa yang dipakai peneliti-peneliti sebelumnya?

Apabila kerangka berfikir rasionalisme terpenuhi maka sebagai seorang peneliti kita sebagai seorang geograf harus sanggup pertanda sendiri bagaimana kekerabatan dari gejala-gejala tersebut dengan memakai kerangka berfikir empirisme. Artinya yaitu derma teori dasar untuk meneliti dan ketersediaan data empiris merupakan hal yang pokok untuk menemukan tanggapan yang benar dari pertanyaan yang diajukan. Setelah itu peneliti harus menetapkan metode apa yang akan digunakan. 

1. Apabila telah ada konsep dan teori yang secara rasional sanggup menjelaskan kekerabatan logis kedua variabel tersebut maka sanggup dipilih metode deduktif untuk memperkuat suatu teori yang sudah ada.
2. Apabila ingin mengetahui contoh umum kekerabatan kedua tanda-tanda tersebut di suatu tempat yang lebih luas (misalnya se Indonesia) maka sanggup memakai metode induktif-deduktif. Perlu dicatat bahwa data yang dibutuhkan dalam penggunaan metode induktif yaitu data sampling dalam statistik inferensial.

Dalam paragraf di atas sanggup dilihat bahwa butir 1 menghasilkan pembuktian teori tertentu untuk memperkuat atau kalau memenuhi syarat tertentu sanggup meningkatkan teori menjadi aturan yang bersifat universal (axioma). Contoh 2 menghasilkan pembuktian pneemuan teori gres menurut teori sebelumnya, misalkan menghasilkan model prediksi. Mungkin sebagai peneliti baik itu waktu S1, S2 atau S3, kita harus merenung sejenak apakah selama ini penelitian yang kita lakukan telah berkontribusi dalam menyebarkan ilmu geografi?Apakah kita gres sebatas menerapkan konsep dan teori  yang sudah ada, atau kita menemukan teori baru?.


Sumber dan Gambar:
Surajiwo. Filsafat Ilmu
Djoko Harmantyo. Geografi Dalam Perspektif Filsafat Ilmu
Share This :