Iklan

Sejarah Geologi Letusan Gunung Galunggung

Sejarah Geologi Letusan Gunung Galunggung
Tasikmalaya merupakan sebuah wilayah kota dan kabupaten yang
terletak di Priangan Timur Jawa Barat. Tasikmalaya memiliki sebuah "penjaga" yaitu Gunung Galunggung yang pernah tercatat alasannya yaitu letusan dashyatnya di tahun 1980an. Saya sebagai warga Tasikmalaya pada kesempatan ini akan mencoba mendeskripsikan mengenai sejarah letusan Galunggung untuk menambah wawasan wacana geologi gunung api di Jawa Barat ini.
Sejarah Letusan
Jika dikelompokkan, batuan Gunung Galunggung terbagi menjadi 3 deretan yaitu:
1. Formasi Galunggung Tua yang merupakan periode pembentukkan gunung api strato Galunggung tua.
2. Formasi Tasikmalaya merupakan periode pembentukkan kaldera tapal kuda serta endapan perbukitan Sepuluh Ribu (Ten Thousands Hills).
3. Formasi Cibanjaran merupakan periode "post caldera formation" hingga letusan 1982-1983.

Formasi Galunggung renta merupakan hasil kegiatan dengan sentra erupsi di Kawah Guntur (Galunggung Purba) yang terdiri atas perselingan aliran lava, piroklastik, dan lahar serta dike yang membentuk kawah Galunggung Tua. Hasil analisa dengan metode 14C pada lapisan strato tercatat berumur 20.000 - 25.000 tahun. Makara umur acara vulkanis Galunggung Purba secara keseluruhan diperkirakan antara 50.000 - 100.000 tahun yang lalu. Volume batuan mencapai kurang lebih 56,5 km kubik dan kegiatan gunung api ini diakhiri dengan intrusi cryptodome di bawah kawah Guntur.

Formasi Tasikmalaya yaitu endapan batuan Perbukitan Sepuluh Ribu yang terbentuk dari letusan besar pada 4.000 - 150 tahun kemudian yang menimbulkan terbentuknya kaldera tapal kuda pada bab timur-tenggara kawah Gunung Api Galunggung. 
Formasi Cibanjaran merupakan hasil kegiatan letusan yang tercatat dalam sejarah yakni pada 1882, 1894, 1918, dan 1982-1983.


Erupsi Galunggung 1982-1983
Letusan 1882
  • Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, dimana air di tempat Cikunir menjadi keruh dan berlumpur. Hasil investigasi ke kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah.
  • 8 Oktober – 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, bubuk halus, awan panas, serta lahar. Luncuran awan panas melalui celah antara Pr. Haur dengan Pr. Ngamplong menuju Cisayong dan Cidadap di bab lereng timur hingga Ci Tandui yang berjarak  yang berjarak 18 km dari puncak. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Korban insan tercatat 4011 jiwa dan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak.
  • Kekuatan letusan 8,26
Letusan 1894
  • 7 – 9 Oktober, terjadi letusan yang menghasilkan awan panas.
  • 27 dan 30 Oktober terjadi lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar pada 1822.
  • Desa yang hancur sebanyak 50 unit, sebagian rumah ambruk alasannya yaitu tertimpa hujan bubuk vulkanik.
Letusan 1918

  • 6 Juli letusan diawali gempa bumi, menimbulkan hujan bubuk setebal 2-5 mm yang terbatas di dalam kawah.
  • 19 Juli, muncul kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85 m dengan ukuran 560 x 440 m yang dinamakan Gunung Jadi.

Letusan 1982-1983

Letusan pertama terjadi pada 5 April 1982 yang disertai bunyi dentuman, pijaran api dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Secara umum periode letusan 1982-1983 dibagi menjadi 3 fase sesuai dengan tipe erupsinya, yaitu 



Fase pertama, letusan awal ( 5 April – 6 Mei 1982) berupa letusan Tipe Pellean yang menghancurkan kubah lava Gunung Jadi, serta menghasilkan awan panas, lontaran batu, hujan batu, abu, dan gas. Kubah lava yang terhancurkan diperkirakan 40 %. Awan panas meluncur dan mengendap di Cinajaran sejauh 5,1 km serta Cikunir dan Cipanas sejauh 4,6 km. Tinggi bubuk letusan mencapai 12 km dari kawah.
Letusan pada 17 – 19 Mei masih merupakan fase penghancuran kubah lava dianggap sebagai ‘letusan utama’ dalam fase pertama ini, dimana tinggi asap letusan mencapai ± 30 km dan sisa kubah lava Gunung Makara sebesar 5 %. Setelah fase letusan pertama ini, kegiatan selanjutnya selalu merupakan kelompok letusan.

Fase kedua, berupa erupsi tegak Tipe Vulkano, yang secara secara umum dikuasai menghasilkan piroklastik jatuhan, lontaran kerikil dan hujan pasir, serta menghancurkan seluruh sisa kubah Gunung Jadi. Tinggi asap letusan pada 13 – 19 Juli mencapai ± 35 km dan melemparkan sebagian sumbat lava pada pipa kepundan hingga kedalaman 150 meter dari dasar kawah. Terjadi semburan lava pijar dan abu.
Letusan 24 Juni, menimbulkan pesawat terbang British Airways 747 melaksanakan pendaratan darurat, alasannya yaitu salah satu dari empat mesin jetnya mati akhir kemasukan abu.

Fase ketiga, merupakan erupsi Strombolian yang melontarkan kerikil pijar menyerupai kembang api. Letusan yang lebih lemah dan menyemburkan asap dan bubuk denga tingkat penghancuran kecil, mencapai tinggi maksimal asap letusan setinggi 12 km. Letusan terus mengecil atau melemah dan terjadi penumpukkan materi letusan berupa tefra di dasar kawah dan di sekeliling lubang letusan membentuk kerucut silinder dengan ktinggian 60 meter di atas dasar kawah. Fase erupsi ini diakhiri oleh keluarnya aliran lava dari radial fissure akrab dasar kerucut silinder. Sejak Januari 1983 Gunung Galunggung sudah tidak menunjukkan aktifitasnya lagi, letusan yang terjadi pada Januari 1984 berupa letusan phreatik kecil yang mengeluarkan uap air dan sedikit abu.

Karakter Letusan
Karakter kegiatan G. Galunggung berupa erupsi leleran hingga dengan letusan yang sangat dahsyat yang berlangsung secara singkat atau lama, atau dari letusan yang bertipe Strombolian hingga Pellean. Tanda-tanda peringatan kegiatan (precursor) hanya berlangsung antara beberapa bulan hingga ahad menjelang letusan.kegiatan erupsi leleran terjadi apabila fase istirahatnya sangat pendek (<25 tahun), sedangkan letusan berskala kecil – menengah kecil (VEI £ 3, erupsi tipe Stromboli-Vulkano lemah) sesudah melalui masa istirahat antara 60-75 tahun. Letusan bersekala menengah – besar (VEI : 4-5, erupsi tipe Vulkano kuat-Pelle) didahului masa hening selam ratusan tahun dan letusan berskala besar – sangat besar (VEI3 6) berlangsung sesudah istirahat beberap ribu tahun. 

Periode Letusan
Letusan yang terjadi dalam sejarah letusan terjadi sebanyak 4 (empat) kali, yaitu pada 1822, 1894, 1918, 1982 – 1983.
Periode letusan yang terjadi selama beberapa jam hingga beberapa bulan.
Letusan 1822, terjadi dalam satu hari, pada tanggal 8 Oktober 1822 antara pk. 13.00 hingga pk. 17.00 WIB.
Letusan 1894 terjadi dalam 13 hari pada tanggal 7 – 19 Oktober 1894.
Letusan 1918 terjadi dalam 4 hari, pada tanggal 16 – 19 Juli 1918.
Letusan 1982– 983 terjadi dalam 9 bulan, pada tanggal 5 April 1982–8 Januari 1983.



Nah itulah dongeng Gunung Galunggung yang menjadi salah satu gunung api yang menyimpan potensi peristiwa namun juga mempunyai daya tarik wisata yang indah. Saat ini kawah Gunung Galunggung banyak dikunjungi wisatawan dan di kaki kawah juga terdapat pemandian air panas dan air terjun. Galunggung sekarang menjadi daya tarik wisata andalan Tasikmalaya. Ayo bergeowisata ke Tasikmalaya!


Kawah Galunggung Saat Ini

Sumber dan Gambar:
Diktat Kuliah Geologi UGM.
Share This :