Iklan

6 Ciri Pewawancara Yang Baik

6 Ciri Pewawancara Yang Baik
Apakah anda berprofesi sebagai wartawan atau mahasiswa yang sedang melaksanakan penelitian sosial?. Tentunya dalam mengorek isu dari narasumber diharapkan kemampuan
wawancara yang baik. Dalam hal ini diharapkan seorang pewawancara yang sanggup membawa diri dan sanggup bergaul secara luwes dengan komunitas responden yang banyak berasal dari banyak sekali strata sosial. Pewawancara harus bisa memberikan pertanyaan kepada responden dan merangsang responden untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Jika kiprah menyerupai itu dilakukan dengan baik maka ia layak disebut sebagai pewawancara yang baik. Untuk menjadi seorang pewawancara yang baik dibutuhkan keterampilan melaksanakan wawancara, memiliki motivasi tinggi, tidak ragu dan takut memberikan pertanyaan kepada responden. 
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah wacana situasi wawancara. Seorang pewawancara yang baik harus sanggup membaca situasi masyarakat daerah tinggal responden. Selain itu pewawancara perlu  memerhatikan apakah waktunya sempurna dilakukan wawancara atau tidak. Tugas pewawancara ialah menjelaskan duduk permasalahan dengan benar semoga responden sanggup mengerti dan memahaminya sehingga kemudian tertarik dan bersedia menjawab pertanyaan. Moser dan Kalton, menawarkan beberapa kualifikasi pewawancara yang baik, diantaranya:
1. Jujur. Tidak memanipulasi apalagi memberi sendiri tanpa melaksanakan wawancara. Misalnya alasannya ialah rumah responden jauh, kepanasan  dan terlalu capek apalagi tidak ada orang lain maka kuesioner diisi sendiri di bawah pohon atau di daerah lain.
2. Mempunyai minat. Jika pewawancara kurang berminat terhadap topik penelitian, maka hasil wawancaranya sering kurang baik. Masalah minat ini seringkali berkaitan dengan dilema kejenuhan dan kebosanan pewawancara. Misalnya, ia telah melaksanakan wawancara secara maraton dalam waktu yang cukup usang sehingga merasa jenuh dan bosan. Untuk mengatasi dilema itu biasanya kegiatan wawancara tidak dilakukan sebagai kegiatan tetap dan kontinue namun sebagai kegiatan tidak tetap.
3. Berkepribadian. Seorang pewawancara sudah sepantasnya tidak berperilaku berlebihan alias overacting. Bersikaplah secara luwes, fleksibel dan tidak temperamental. Ketika mengajukan pertanyaan tidak bernada tinggi dan emosional.
4. Adaptif. Ketika wawancara maka seorang pewawancara yang baik harus bisa mengikuti keadaan dengan kondisi lingkungan responden, kebiasaan dan budpekerti istiadatnya. Jika pewawancara dari kota sebaiknya tidak membawa kebiasaan di kota ke desa.
5. Akurasi. Pewawancara haruslah bersikap disiplin tinggi sehingga sanggup melaksanakan wawancara dengan akurat dan cermat. Artinya ia harus mengikuti metode kerja yang telah ditentukan, sanggup menerjemahkan pertanyaan dengan baik semoga dimengerti responden dan kemudian mencatatnya dengan baik dan cermat.
6. Berpendidikan. Pewawancara tidak harus berpendidikan terlalu tinggi contohnya sarjana. Tingginya pendidikan justru sering menciptakan ia cepat jenuh dan bosan alasannya ialah harus mengulang pertanyaan sama. 


Share This :