Iklan

Pengertian Teori-Teori Interaksi Sosial

Pengertian Teori-Teori Interaksi Sosial
Mempelajari interaksi sosial sangat luas sekali dan salah satunya ialah perihal beragamnya teori-teori interaksi sosial. Apa bedanya simbol dengan tanda. Pengertian sebuah tanda biasanya berafiliasi dengan bentuk fisiknya dan sanggup ditangkap dengan pancaindera. Di perempatan jalan dipasang lampu berwarna merah, kuning, dan hijau ialah tanda yang artinya berhenti, peringatan, dan boleh jalan. Simbol bersifat abstrak. Ketika saya menyebut kata ayam, segera Anda membayangkan dalam pikiran bentuk fisik ayam tanpa harus didukung kehadiran fisik ayam tersebut, sebab Anda  mempunyai daya khayal dan mempunyai akad bersama akan pengertian kata ayam. 

Namun perlu diingat makna simbol tertentu tidak selalu bersifat umum: berlaku sama di setiap situasi dan daerah. Budaya yang berbeda melahirkan arti atau makna yang berbeda terhadap bahasa isyarat. Seperti sudah saya contohkan di atas bahwa suatu simbol tertentu tidak selalu bersifat universal yaitu berlaku sama di setiap situasi dan daerah. Nilai atau makna sebuah simbol tergantung kepada kesepakatan  orang-orang atau kelompok yang memakai simbol itu. Menurut Leslie White (Ritzer, 1992), makna suatu simbol hanya sanggup ditangkap melalui cara-cara nonsensoris, yaitu melalui proses penafsiran  (interpretative process). Makna dari suatu simbol tertentu dalam proses interaksi sosial tidak begitu saja sanggup pribadi diterima dan dimengerti oleh semua orang, melainkan harus terlebih dahulu ditafsirkan. 
Mempelajari interaksi sosial sangat luas sekali dan salah satunya ialah perihal beragamny Pengertian Teori-Teori Interaksi Sosial
Interaksi sosial ialah fitrah manusia
Anda juga sanggup mempelajari interaksi sosial dengan pendekatan tertentu. Salah satu pendekatan tersebut ialah interaksionisme simbolik (simbolic interactionism). Pendekatan ini bersumber pada pedoman George Herbert Mead. Kata interaksionisme memperlihatkan bahwa sasaran pendekatan ini ialah interaksi sosial, sedangkan kata simbolik merujuk pada penggunaan simbol-simbol pada interaksi sosial tersebut. Menurut Leslie White (Ritzer, 1992), simbol merupakan sesutau yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Makna atau nilai itu tidak berasal dari atau ditentukan oleh ciri-ciri yang secara intinsik terdapat di dalam bentuk fisiknya. Seperti sudah saya jelaskan pada paragraph di atas bahwa makna atau niali suatu simbol, berdasarkan White, hanya sanggup ditangkap melalui cara-cara nonsensoris, yaitu melalui proses penafsiran.

Herbert Blumer (Poloma, 1992), salah seorang penganut pedoman Mead, pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga: pertama, bahwa insan bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Saya ambil pola tindakan seorang muslim saat menyembelih ayam dan tindakan seorang pedagang ayam non muslim sebab makna menyembelih ayam bagi orang muslim dan non muslim berbeda; Kedua, makna yang dipunyai sesuatu berasal atau muncul dari interaksi sosial. Marilah kita ambil pola warna merah dan putih. 

Bagi masyarakat di luar Indonesia memaknai warna merah dan putih sebagai warna biasa saja, tetapi bagi masyarakat Indonesia warna merah putih mempunyai makna sebagai warna bendera pusaka yang harus dihormati dan dijunjung tinggi; Ketiga, makna diperlakukan atau diubah melalui proses penafsiran (interpretative process) yang dipakai orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Makna yang muncul dari interaksi sosial tidak begitu saja diterima, melainkan ditafsirkan terlebih dahulu. Apakah seseorang wanita akan mendapatkan atau tidak seruan makan malam dari teman laki-lakinya atau tidak tergantung dari itikad baik atau jelek dari pria tersebut.

Pendekatan lain dikemukakan oleh W.I. Thomas perihal definisi situasi. Berbeda dengan pendekatan behavioristik bahwa interaksi insan merupakan sumbangan jawaban (respon) terhadap rangsangan (stimulus). Menurut Thomas, seseorang tidak pribadi memperlihatkan jawaban saat mendapatkan rangsangan dari luar. Tindakan seseorang selalu didahului suatu tahap evaluasi dan pertimbangan atau rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakan definisi situasi atau penafsiran situasi. Dalam proses ini seseorang memperlihatkan makna pada rangsangan yang diterimanya itu. Pada pola di atas, terhadap anjuran makan malam dari seorang teman laki-laki, seorang wanita akan melaksanakan penafsiran makna anjuran makan malam tersebut. Dalam kaitan dengan definisi situasi ini Thomas populer dengan ungkapannya: “When men define situations as real, they are real in their concequences” (“Bila orang mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya nyata”).

Erving Goffman dalam bukunya The Presentation of Self in Everyday Life juga mempunyai bantuan penting terhadap interaksi sosial. Goffman memakai prinsip yang dinamakan dramaturgi (dramaturgy) yang oleh Margaret M. Poloma (1992) didefinisikan sebagai pendekatan yang memakai bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subjektif dan objektif dari interaksi sosial. Usaha Goffman untuk mempelajari interaksi sosial diilhami oleh pendapat Sheakespeare bahwa dunia merupakan suatu pentas dan semua pria dan wanita merupakan pemain. 

Menurut Goffman (Poloma, 1992), individu yang berjumpa orang lain akan mencari isu mengenai orang tersebut dan akan memakai isu itu untuk mendefinisikan situasi. Dalam suatu perjumpaan masing-masing pihak, disengaja atau tidak, menciptakan pernyataan (expression) dan pihak lain memperoleh kesan (impression). Goffman membedakan dua pernyataan: pernyataan yang diberikan (expression given) dan pernyataan yang dilepaskan (expression given off). Pernyataan yang diberikan merupakan pernyataan yang dimaksudkan untuk memperlihatkan isu sesuai dengan apa yang lazim berlaku, sedangkan pernyataan yang dilepas mengandung isu yang berdasarkan orang lain memperlihatkan ciri si pembuat pernyataan. 

Mungkin Anda masih galau dengan uraian di atas. Untuk memperjelas uraian di atas saya akan mengajak Anda untuk mencermati pola berikut ini: Seorang yang mengucapkan terima kasih kepada orang lain dengan wajah cemberut. Ucapan terima kasih merupakan pernyataan yang diberikan sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, namun wajah cemberut marupakan pernyataan yang dilepaskan yang memperlihatkan isu perihal perasaan bergotong-royong dari si pembuat pernyataan.

Sumber: Modul Pelatihan P2KGS Mapel IPS
Gambar: disini
Share This :